Part 1✔
Hari Senin pagi pukul 05:00, Anindya telah dibangunkan oleh Ibunya, lebih tepatnya Ibu tirinya. Anindya sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh Ibu tirinya itu,tapi percayalah Anindya itu gadis yang hebat dan kuat.
"Heh bangun kamu"ucap Silvia galak.
Anindya mengucek matanya. "Kenapa bu?"tanya Anindya yang sepertinya masih ngantuk.
"Pake tanya kenapa lagi, cuci baju sana, abis itu ke pas-"ucapan Silvia terpotong karena Anindya tiba- tiba memotong ucapan nya.
"Bu maaf, bukannya Anin ga mau ke pasar, tapi hari ini, hari pertama Anin masuk sekolah bu, Anin hari ini ada Mos"ucap Anindya takut takut.
Silvia memelototkan matanya. "Bodo amat, yang penting kamu harus ke pasar" ucap Silvia membentak Anindya. "Cepetan sana"ucap Silvia mendorong- dorong tubuh mungil Anindya.
"I-iya bu"cicit Anindya.
Anindya pun dengan segera mencuci baju di kamar mandi, padahal di rumah nya yang megah itu ada mesin cuci, tapi entahlah ibu tirinya itu menyuruh nya mencuci baju secara manual/menyikatnya saja. Saat Anindya sedang mencuci baju, Bianca sudah bangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur.
"Eh, haha si Anin udah nyuci aja tuh"batin Bianca tertawa. Bianca mendekat menuju kamar mandi. "Heh anak ga tau diuntung, rajin banget sih lo"ucap Bianca menahan tawa.
Anindya hanya bisa menunduk saat diperlakukan seperti itu oleh kakak tirinya itu.
"Nunduk mulu lo, kenapa? Nangis lagi ya lo? Haha, cuci baju yang bener ya, abis itu sediain sarapan gue laper"ucap Bianca seenak nya lalu langsung meninggalkan Anindya yang mencuci baju sendirian.
Anindya hanya bisa menangis meratapi nasib nya yang seperti ini. Semua orang berlaku kasar dan seenak nya kepada dia, ayahnya sewaktu sebelum menikah lagi dengan Silvia sangat menyayangi Anindya, tetapi setelah menikah dengan Silvia, entahlah sikapnya berubah, bahkan sering membentak Anin. Tapi Anindya sangat bersyukur karena masih mempunyai abang yang sangat baik kepadanya.
"Aduh, kok jadi nangis sih"ucap Anindya lalu langsung menghapus air matanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06:30, Anindya baru saja memasak sarapan untuk keluarganya.
"Anin kenapa kamu belum mandi de?"tanya Healvito kepada Anindya.
"Eh, a-anu bang, tadi masak sarapan dulu"ucap Anindya kikuk.
"Abang tau, pasti tadi kamu ke pasar dulu kan?"tanya Healvito kepada Anindya seperti mengintrogasi.
Anindya melirik ke arah Silvia yang sedang duduk di meja makan, Silvia memberi tatapan tajam kepadanya, seperti mengisyaratkan untuk tidak mengatakan nya.
Anindya menggelengkan kepalanya. "Engga kok bang, yaudah kalo gitu anin ke kamar dulu ya bang mau ganti baju"ucap anin kikuk.
"Yaudah sana, kalo bisa langsung pergi ga usah sarapan dulu, muak gue liat muka lo"ucap Bianca sinis.
Sementara Healvito hanya menatap Bianca tajam. Tak butuh waktu lama, Anindya telah selesai memakai seragam sekolah dan menggendong tas ranselnya menuruni anak tangga.
"Papah mana bu?"tanya Anindya hati hati.
"Udah pergi"jawab Silvia datar.
Anindya hendak menarik kursi untuk sarapan, namun tangan nya dicekal oleh Silvia.
"Kenapa bu?"tanya Anindya sembari menunduk.
"Sana langsung berangkat aja, saya ga suka liat kamu"ucap Silvia sinis.
"T-tapi bu"ucap Anindya gugup.
"Ga ada tapi tapian, sana pergi"ucap Silvia sinis.
"Ayo de, sama abang aja berangkatnya"ajak Healvito.
"Bang, Bianca bareng abang juga ya?"tanya Bianca girang.
"Sama tante Silvia aja sana, lo bukan siapa siapa gue"ucap Healvito dingin dan menusuk.
Bianca hanya bisa menunduk, Silvia yang melihat anaknya diperlakukan seperti itu, langsung melemparkan tatapan tajam kepada Anindya. Anindya yang mengerti maksudnya pun langsung mengajak Bianca untuk berangkat bersamanya.
"Ayo Bianca, gapapa kok"ajak Anindya. "Boleh ya bang Bianca bareng kita?"mohon Anindya kepada Healvito.
Healvito yang melihat wajah adiknya pun, hanya bisa pasrah.
***
Kini Bianca, Healvito dan Anindya telah sampai di sekolah, mereka turun dari mobil dan berjalan menuju lapangan sekolah.
"Udah sana lo, gue mau ke kantin sama Anin"ucap Healvito dingin.
"Aku ikut ya bang"ucap Bianca.
"Ga"ucap Healvito singkat, padat dan jelas. "Ayo de" Healvito menarik tangan Anindya.
Sesampainya dikantin Healvito langsung memesankan nasi goreng untuk Anin, tak butuh waktu lama nasi goreng pesanan nya pun datang, dengan segera Anin memakan nya dengan lahap.
"Kamu laper ya de?"tanya Healvito.
"Hehee, iya bang"cengir Anindya.
"Kasian banget kamu de, gara gara si pelakor itu, papah berubah banget sama kamu"batin Healvito
Kring..... Kring......
"Bang, Anin upacara dulu ya bang"ucap Anin meninggalkan Helavito di kantin.
"Iya hati hati ya, pulang nya tungguin abang di parkiran"ucap Healvito.
Upacara pembukaan MPLS pun dilakukan dengan khidmat. Tak terasa sekarang telah waktunya pulang sekolah, Anin pun melangkahkan kakinya menuju parkiran dengan tergesa gesa takut Healvito abang nya itu menunggunya lama, karena Anin tau rasanya menunggu itu sakit eakk :v.
Saking terburu burunya, tanpa sadar Anin menubruk seorang lelaki bertubuh tinggi sehingga dirinya terjatuh ke lantai.
Brak.....
"Aduh"pekik Anin saat pantatnya itu mencium dinginnya lantai.
"Lo gapapa?"tanya lelaki yang ditubruk Anindya itu. "Sini gue bantu berdiri"ucap lelaki itu mengulurkan tangan nya.
Anindya menerima uluran tangan lelaki itu, sehingga Anindya dapat berdiri kembali dengan tegak.
"Lo gapapa?"tanya lelaki itu lagi
"Gu-gue gapapa, hm makasih ya udah bantuin gue berdiri"ucap Anindya berterimakasih kepada lelaki itu, namun saat Anindya hendak meninggalkan nya tiba tiba tangan lelaki itu mencekal pergelangan tangan Anindya.
"Apa?"tanya Anindya bingung.
"Lo kelas 10 ya?"tanya lelaki itu.
"I-iya, kenapa ya?"tanya Anindya kikuk.
"Boleh kenalan?"tanya lelaki itu.
"Boleh, nama gue Anindya Putri Auriga"ucap Anindya memperkenalkan dirinya.
"Nama yang bagus"gumam lelaki itu. "Kenalin nama gue Gerhana Mahendra"ucap lelaki itu memperkenalkan dirinya.
"Namanya keren"gumam Anindya. "O-oh kalo gitu gue ke parkiran dulu ya abang gue udah nungguin kayanya"ucap Anindya.
"Lo punya abang?"tanya gerhana.
"Iya, kenapa emang nya?"tanya Anindya bingung.
"Siapa nama abang lo?"tanya gerhana lagi.
"Healvito Revan Auriga"ucap Anindya.
"HEALVITO?"pekik gerhana.
"Lo kenapa?"tanya Anindya bingung dengan mengerutkan keningnya.
"Si Vito temen sekelas gue anjir"ucap gerhana.
"Yang bener? Wahh enak dong kalo gitu, jadi nggak canggung gitu ya hehe"cengir Anindya.
"Iyaa haha"tawa gerhana.
"Si Vito juga bukan cuma sekedar temen gue loh"ucap gerhana.
"Trus siapa lo?"tanya Anindya semakin bingung.
"Sahabat deket sih, dari kelas 10 kita deket banget"ucap gerhana.
"Oalah, semoga bisa jadi Sahabat terus ya sampe tua"ucap Anindya. "Oh yaudah kalo gitu gue ke parkiran ya, takutnya bang Vito udah nungguin"ucap Anindya.
"Iya, lo hati hati ya"ucap gerhana seraya mengelus pucuk kepala Anindya.
Deg......
'Aduh jantung gue'.
Hai gais kembali lagi di cerita baru akuu:)
Sorry ya gais ganti cerita mulu, habis nya cerita yang sahabat itu sedikit yang baca, jadinya mau coba buat cerita romance hehe
Jangan lupa vote and komennya ya❤
Jangan lupa tinggalin jejak💙
See you next part💜
Happy Reading💚
Jangan lupa follow ig @jenz_anita21
Salam:
Jeni Tukang Halu❣
Komentar
Posting Komentar