Part 3✔

Mereka semua melihat perempuan tersebut dan ternyata dia adalah Bianca, ya Bianca dia bersama geng nya yang terkenal itu, geng The Squad Angel.

Galvira, Tessa, dan Bianca tersenyum smirk melihat Anindya kebahasan. Sementara Healvito mengepalkan tangannya kuat dan memberi tatapan tajam kepada Bianca.

"Dasar lo, ga pantes lo jadi kaka buat Anin"ucap Healvito emosi.

"Haha, hello, siapa lagi yang mau jadi kaka nya dia"ucap Bianca alay, disertai senyuman smirknya.

"Heh, lo itu kenapa si, tiba-tiba nyiram Anin?hah?kenapa? Anin salah apa sama lo?"tanya Imelda kesal.

"Cuma satu kok kesalahan dia"ucap Bianca dingin.

"APA?"teriak Healvito kesal.

"Kesalahan dia, udah rebut Gerhana dari GUE"ucap Bianca dengan menekankan kata gue.

"Anin, g-ga re-rebut gerhana kok"cicit Anin terbat-bata.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Anindya, yang membuat pipinya itu menjadi merah.

"Apa-apaan si lo Bian"ucap Gerhana emosi.

"Gue cuma ga mau lo di ambil sama dia Gerhana"rengek Bianca, sembari bergelayut di tangan Gerhana.

"Lepas"ucap Gerhana kesal, lalu Gerhana melepaskan tangan Bianca yang bergelayut di tangannya itu. "Lo gapapa nin?"tanya Gerhana kepada Anindya yang sedang menunduk.

"Gapapa kok"ucap Anindya pelan.

"SANA LO"bentak Healvito emosi kepada Bianca.

"Tapi kak-"ucapan Bianca terpotong karena tiba tiba Imelda menampar nya.

Plak

"Lo, berani ya lo"tunjuk Bianca emosi kepada Imelda.

"Gue ga takut sama lo, sekarang lebih baik lo pergi, atau gue tampar lo satu kali lagi"ucap Imelda dingin dan mengambil ancang ancang untuk menampar Bianca, tetapi Bianca lebih dulu meninggalkan kantin.

"Nin, lo gue bawa ke UKS ya?"tanya gerhana kepada Anindya.

"G-ga usah"tolak Anindya halus.

"Lo harus ke UKS Nin, pipi lo merah, baju lo basah kuyup"jelas Gerhana panjang lebar.

"Wah wah, gerhana ngomong berapa kata tuh"ucap Ethan sembari menepukkan tangannya.

"Iya nih, mencapai rekor ini mah"ucap Raffael.

"Diem"ucap Surya dingin.

Ethan dan Raffael langsung diam, karena mereka takut Surya akan marah kepada mereka.

"De, lo ke UKS aja di anter sama Gerhana, nanti biar Friza yang beli baju seragam baru buat kamu"ucap Healvito.

"Iya bang"ucap Anindya pelan sembari menganggukan kepalanya.

Gerhana pun membantu Anindya berdiri perlahan, lalu menuntunnya menuju UKS. Kini Anindya telah didudukkan di brankar UKS oleh gerhana.

"Akh"ringis Anindya saat gerhana memegang pundaknya.

"Lo kenapa?perasaan tadi Bianca ga apa apain lo kan?"tanya Gerhana dengan raut wajah khawatir.

"Gapapa kok"ucap Anindya sembari menunduk.

"Ohh, gue kira kenapa, yaudah bentar gue ambil salep dulu ya"ucap Gerhana sembari berjalan menuju kotak obat -obatan. Kalian pasti bingung kan kenapa Gerhana yang ambil obatnya?karena Gerhana termasuk anggota ekskul PMR juga, dan dia udah tau letak obat di UKS ini.

Gerhana berjalan menuju Anindya yang sedang memegangi pipinya yang merah itu.

"Sini"ucap Gerhana.

"K-kenapa?"tanya Anindya kikuk.

"Aelah, lo kan mau gue obatin tuh pipinya"ucap Gerhana jengah.

"O-oh" Anindya pun mendekat ke arah Gerhana.

Gerhana memberi salep ke pipi nya Anindya yang ditampar oleh Bianca, mereka berdua saling menatap satu sama lain.

'Jantung gue kenapa' batin Anindya.

'Santai Ger santai' batin Gerhana.

Brak

Tiba tiba friza membuka pintu dengan sangat kencang dan membuat keduanya memutuskan pandangan mereka berdua.

"Ada apa kesini?"tanya Gerhana dingin.

"Ya mau liat Anin lah"ketus Friza. "Kenapa?ga boleh?"tanya Friza ketus.

"Boleh"ucap Gerhana singkat, padat, dan jelas.

"Yaudah sana lo keluar"ucap Imelda dingin.

"Ga"ucap Gerhana.

"Ih sana ih, kita yang jagain Anin"usir Friza.

"Gue aja, sana keluar"usir Gerhana.

Friza dan Imelda hanya bisa mendengus pasrah, pasalnya mereka heran dengan seorang Gerhana, kenapa Gerhana tiba tiba perhatian kepada seorang cewe? Ah aneh menurutnya.

"WOII"teriak Ethan yang tiba tiba masuk ke UKS diikuti oleh teman temannya yang lain.

"Astaga naga"pekik Friza kaget. "Dasar lo"kesal Friza.

"Hehe maap-maap"cengir Ethan.

"Si Gerhana kenapa si, perhatian banget sama si Anin"batin Surya.

"Ger, kok lo perhatian banget sama Anin?"tanya Raffael heran.

"Jangan bilang lo mau adik gue jadi pacar lo ya?"ucap Healvito menyelidik.

"E-enak aja, apaan sih, gue tuh perhatian sama dia sebatas temen aja"ucap Gerhana datar.

Deg

'Kenapa hati ini sakit'batin Anindya dengan menatap Gerhana.

"Nin?"tanya Imelda di depan wajah Anindya sembari mengibaskan tangannya di depan wajah Anindya.

"Iya?"tanya Anindya.

"Lo kenapa liatin si Gerhana?"tanya Imelda.

"Engga kok, Anin ga liatin Gerhana"cicit Anin sembari menunduk.

"Ohh"ucap Imelda sembari menganggukan kepalanya.

***
Bel pulang sekolah terdengar nyaring, semua murid berhamburan keluar kelas dan langsung pulang menuju rumah masing masing.

"Bang"panggil Bianca kepada Healvito yang berada di parkiran.

"Hmm"dehem Healvito.

"Bian pulang bareng abang ya?"pinta Bianca.

"Ga, gue pulang sama Anin"ucap Healvito dingin.

"Abang gitu banget sama Bian, abang mau Anin kenapa-napa?"ucap Bianca mengancam.

"Kenapa-napa maksud lo?"tanya Healvito dingin.

"Kenapa-napa maksud Bian tuh, Anin sepulang sekolah nanti di siksa mami"ucap Bianca mengancam.

Saat mereka sedang mengobrol, Amin pun datang.

"Ayo ka Bian, bang, pulang"ajak Anin.

"Heh, ngapain lo kesini?"bentak Bianca.

"M-mau pu-pulang"cicit Anin.

"Gue yang pulang sama bang Vito"ucap Bianca ketus. "Dan lo, pulang jalan kaki"ucap Bianca sembari menunjuk wajah Anin.

"T-tapi, uang jajan Anin habis"ucap Anindya menunduk.

"Bang,"lirih Anin.

"Maaf de, kamu pulang nya jalan dulu ya"ucap Healvito hati-hati. 'Karna aku ga mau kamu kenapa napa de' Batin Healvito.

"Iyaa bang"ucap Anindya, ia pun langsung meninggalkan parkiran dan berjalan menuju gerbang sekolah.

"Puas lo?"tanya Healvito datar kepada Bianca yang berdiri disampingnya.

"Puas lah bang"cengir Bianca tanpa dosa.

Healvito pun langsung masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang campur aduk karena ia takut Anin kenapa-napa.

***
Anindya berjalan sendirian menyusuri jalanan, hari sudah semakin sore, memang jarak rumah nya dengan sekolah nya itu tak terlalu jauh, namun jika berjalan kaki akan terasa jauh.

Langit pun semakin mendung dan rintik hujan telah turun sedikit demi sedikit. Anindya masih berjalan ia terus berjalan karena takut jika pulang telat akan dimarahi dan disiksa oleh ibu tirinya itu.

HP Anindya berdering, setelah melihat nama yang tertera di HP nya itu Anin segera mengangkatnya.

"H-halo bu"ucap Anin gugup.

"Kamu dimana sih jam segini belum pulang, cepetan pulang cucian numpuk"ucap Silvia ketus.

"Tapi bu, Anin harus berteduh dulu, disini hujan Bu"cicit Anin.

"GA USAH BERTEDUH DULU, TELAT 5 MENIT AJA KAMU SAMPE RUMAH, SAYA SIKSA KAMU, UDAH LAMA SAYA GA SIKSA KAMU"bentak Silvia.

"I-ya bu"cicit Anin.

"Awas kalo kamu jam 5 tepat belum datang kamu saya siksa"ancam Silvia.

Anin pun segera mematikan telepon itu dan berlari menuju rumah nya ditengah hujan deras yang mengguyur nya.

Sesampai nya dirumah, Anin membuka pintu dan melihat jam dinding nya dan ternyata. Astaga dia telat 5 menit, huft nasib baik tidak berpihak padanya sekarang.

"Kamu telat 5 menit"ucap Silvia turun dari tangga.

Anindya menunduk. "Maaf bu"cicit Anin.

Silvia mendekati Anin dan menarik tangan Anin secara paksa. "Sini kamu"ucap Silvia ketus dan memelototkan matanya.

"Mau apa bu?"tanya Anindya sembari menunduk.

"Saya mau siksa kamu"ucap Silvia ketus.

"T-tapi bu"ucap Anindya sembari menundukan kepalanya.

"Ga ada tapi tapian"ucap silvia. "Sini cepetan"ucap Silvia sembari menarik paksa tangan Anindya.

Silvia terus menarik tangan Anindya dan sampailah mereka di kamar Anindya. Ternyata dikamar Anin sudah ada Bianca yang menunggu dengan senyum licik terukir di wajah nya.

"K-ka bian? Kaka ngapain disini?"tanya Anin pelan.

"Mau siksa lo lah"ucap Bianca ketus. "Siniin mah"ucap Bianca.

Silvia mendorong tubuh Anindya kasar sehingga Anindya jatuh ke lantai yang dingin.

Brugg

"Mi, ayo katanya mau siksa diaa"ajak Bianca kepada Silvia.

"Sebentar mami kunci dulu pintunya"ucap Silvia. "Nanti si Vito dateng bahaya"lanjutnya.

Setelah Silvia mengunci pintunya itu mereka berdua menyiksa Anindya.

Plak

Bugg

Plak

Plak

Plak

Anindya sekarang telah lemas, dia tidak tahu harus ngapain sekarang.

"Ampun mi, ka bian,"lirih Anindya.

"Haha apa kamu bilang?"tanya Bianca pura-pura tak mendengar sembari tertawa.

"Ampun,"lirih Anindya.

Bug

"Udah yu mi, tinggalin dia disini, dan lo, khusus hari ini makan nya pake nasi sama garem doang, ngerti lo?"ucap Bianca sembari menunjuk Anindya di wajah nya.

Silvia dan Bianca kaget saat melihat siapa orang yang di depan pintu kamar Anindya.

"Kalian apain Anin?"tanya lelaki itu dingin.

Hai gais up lagi nih :)
Jangan lupa vote and komennya yaa
Jangan lupa tinggalin jejak jugaa
Sorry nih kalo ga nyambung❤
See you next part💛
Happy Reading💚

Salam:


Jeni Tukang Halu❣



Komentar